Cara Penulisan CV yang Benar - 4 Hal ini Tidak Perlu
Cara membuat CV |
Cara menulis CV lamaran kerja
Hari ini kita bahas tentang cara menulis CV lamaran kerja yang benar. Dan fokus pembahasannya lebih ke 4 hal yang sebenarnya tidak perlu ditulis tapi sering ditemukan dalam CV. Saya sudah berkarir kurang lebih dari delapan tahun sebagai orang HRD, dan dalam perjalanan saya, sudah ratusan CV yang pernah saya sortir.Di artikel ini saya mau sharing atau berbagi point of view tentang beberapa elemen-elemen dalam CV yang sebenarnya tidak ada juga tidak apa-apa.
Yang Tidak Perlu Ditulis di Curriculum Vitae
1. Agama
Cara penulisan CV yang benar supaya terlihat lebih objektif, yang pertama yang tidak perlu ditulis adalah agama. Sebenarnya itu sudah jadi kebiasaan kita ya kan, karena banyak dokumen-dokumen kenegaraan mengharuskan kita untuk memasukkan agama. Tapi kalau teman-teman pikir-pikir lagi, sebenarny perlu tidak sih sebuah perusahaan besar untuk tahu agama teman-teman?
Apa ketika teman-teman ngelamar kerja misalkan jadi akuntan? Atau jadi Sales? Atau jadi Staff Admin? Sebenarnya tidak pengaruh kan antara agama temen-temen dan kemampuan kerja teman-teman?
2. Motto Hidup
Hal kedua tentang cara penulisan CV yang benar supaya terlihat profesional adalah tentang motto hidup. Saya temukan di bagian atas CV (Curriculum vitae) kandidat menuliskan motto hidup. Sebenarnya mungkin maksudnya baik. Memasukkan motto hidup supaya kelihatan termotivasi atau kita punya cara berpikir tertentu. Tapi sadar tidak sih teman-teman, sebenarnya dengan memasukkan motto hidup ini, teman-teman menambahkan subjektivitas. Artinya suka tidak suka.
Coba ketika teman-teman menulis motto hidup dari Steve Jobs misalkan. Ada kemungkinan tidak, recruiternya tidak suka sama Steve Jobs?
Jadi hati-hati ketika kita memasukkan motto hidup. Pikirkan bener-bener tujuannya apa dimasukkan ke dalam CV. Kita ingin menyusun Curriculum vitae yang seobjektif mungkin. Ingin membawa mata recruiter untuk fokus pada kemampuan-kemampuan kita yang sesungguhnya.
Kita nih bisa apa sih di kantor? Jabatan terakhirnya apa sih? Prestasinya apa sih? Kalau kita orang sales, jualannya berapa sih? Kalau kita orang finance, buku yang kita pernah pegang sebesar apa sih? Hal-hal seperti itu yang seharusnya jadi perhatian recruiter.
3. Energi bar
Yang ketiga yaitu: energy bar. Energy bar ini maksudnya apa? Ko seperti kalau kita main PS, ada game berantem-beranteman. Nah, energy bar nya tuh jagoan kita dari 0-100. Jagoannya musuh kita 0-100. Nanti pas berantem-berantem-berantem, energy barnya akan turun sampai nol terus K.O.
Nah, kandidat suka melakukan hal yang sama terhadap kualifikasi kemampuan mereka. Misal : Microsoft Excel: 80. Microsoft Powerpoint: 90 Microsoft Word: 100. Bahasa Inggris: 100. Bahasa Jawa: 70.
Sebenarnya memasukkan informasi seperti ini akan membuat CV teman-teman sarat dengan subjektivitas. Kenapa begitu? Pertama-tama kita tidak bisa tahu persis 70-nya teman-teman itu apakah sama dengan 70-nya nilainya recruiter. Apakah sama dengan 70-nya kandidat sebelah yang juga apply tapi ternyata dia masukkin 60.
Apakah kemudian artinya curriculum vitae teman-teman lebih bagus? Belum tentu Karena tiap orang bisa datang dengan self-assessment yang lain-lain dan energy bar yang juga beda-beda. Kemudian, skalanya. Ada yang memasukkan dengan skala 0-100, ada yang pakai bintang. 1 bintang, 2 bintang, 5 bintang.
Kalau seorang recruiter dapat CV yang satunya pakai bintang, satunya pakai 0-100, bagaimana cara dia membandingkan apple-to-apple? Saran saya, kalau teman-teman memang harus banget mencantumkan kualifikasi teman-teman di software tertentu, atau di soft skill tertentu, mungkin teman-teman bisa mencantumkan sertifikasi dari lembaga pelatihan yang banyak diketahui orang yang memang memberikan sertifikasi terhadap kemampuan teman-teman tersebut.
Misalkan kalau kita bicara tentang kemampuan berbahasa Inggris, semua orang udah tahu standar nilai TOEFL. Di manapun teman-teman mengambil tesnya, nilainya pasti sama. Sehingga teman-teman bisa membantu recruiter menilai CV teman-teman secara lebih objektif.
4. Foto
Yang terakhir, yang suka kontroversi adalah: Foto. Foto sebenarnya boleh tidak sih dimasukin ke CV? Bukan soal boleh atau tidak boleh, tapi bermanfaat atau tidak
Ada lowongan-lowongan yang memang meminta teman-teman secara eksplisit untuk mencantumkan foto di dalam lamarannya. Itu sah-sah saja, tergantung dari jenis lamaran yang dibuka. Tapi ketika tidak diminta, apakah kemudian kita harus inisiatif memasang foto? Ini juga pro dan kontra.
Kalau dari saya, sebaiknya tidak dipasang Kenapa tidak dipasang? Karena kembali lagi kita ingin membuat CV yang objektif. Kita ingin recruiter bisa fokus kepada siapa kita secara profesional. Kita tidak mau recruiter fokus pada panjang rambut kita, ke warna dasi kita yang mungkin kurang matching sama kemeja. Lighting foto kita yang kurang bagus Hal-hal ini bisa menjadi komponen yang subjektif. Suka tidakk suka
Nah, supaya teman-teman tidak jadi korban subjektivitas recruiter ketika melihat foto teman-teman, kalau memang tidak diminta, sebaiknya tidak usah dicantumkan. Supaya recruiter bisa fokus membaca siapa teman-teman di atas kertas secara profesional. Bagaimana kualifikasi teman-teman. Dan teman-teman bisa dipanggil interview murni karena memang kemampuan teman-teman bagus
Itu tadi empat hal yang menurut saya perlu tidak perlu ada di CV. Bagaimana menurut teman-teman? Ada yang lain? Ada yang tidakk setuju? Ada yang mau cerita? Silahkan tulis di comment box di bawah.
Terima kasih sudah membaca artikel tentang interview kerja : Cara penulisan CV yang benar dengan menghindari 4 hal, yaitu : Agama, motto hidup, energy bar dan juga foto. Semoga artikel ini membantu Anda membuat CV lebih menarik, objektif dan terlihat lebih profesional.
Untuk materi cara menulis daftar riwayat hidup dan cara membuat lamaran kerja lewat email akan dibahas di artikel selanjutnya. Ikuti terus blog edubisnis.my.id untuk mendapatkan informasi seputar dunia kerja, keuangan, manajemen dan juga finansial.